Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget dan Vigotsky
The National for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan keunikan individu.Pembagian rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2) Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia 4-5/6 tahun
Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi membangun struktur untuk berfungsi, pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi. Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang diterima dengan pengalaman masa lalu kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur kognitif (akomodasi).Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya guru memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.
Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri seseorang ia juga dikenal dengan konsep bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena tahap sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat mencolok.
Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.
Riwayat Maria Montessori
Maria Montessori lahir tahun 1870 di kota Chiara Valle, Italia dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Maria Montessori pindah ke Roma pada usia 3 tahun dan tumbuh di lingkungan yang di dominasiprestasi akademis. Maria Montessori belajar matematika dan teknik dijurusan teknik, kemudian melanjutkan kuliah di universitas Roma. Iamenjadi wanita pertama yang memperoleh gelar dokter. Selanjutnyamenekuni karier dokter di State Orthophenis School di Roma, danbekerja menangani anak-anak cacat. Keberhasilan Maria Montessori menangani anak cacat, meyakinkan dirinya untuk meninggalkan profesi dokter dan memfokuskan diri pada pendidikan. Untuk mempelajarifungsi pikiran manusia, ia kembali ke kampus untuk mempelajaripsikologi dan antropologi. Bahkan akhirnya Maria Montessori menjadidekan jurusan antropologi pendidikan.Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dariberbagai budaya dan latar belakang, tidak hanya anak cacat, tetapi jugaanak normal dari keluarga kaya dan miskin. Ia menyimpulkan bahwaanak perlu lebih dari sekedar perawatan fisik dan medis gunamenunjang pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raganya, anakmemerlukan lebih dari sekedar pelajaran yang diajarkan di sekolahumum. Ia memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatihpanca indera dan ketrampilan motorik anak. Dengan alat peraga khususdan di lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa mengerjakanaktivitas secara spontan, dan , lewat aktivitas anak mendapatkanpengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sekuat keinginanpribadi dan mengatasi ketidakmampuannya tanpa bantuan dan campurtangan orang tua.Pengalaman kerja pertama Maria Montessori adalah mendidikanak cacat. Selanjutnya hasil observasi Maria Montessori juga berlaku untuk anak normal. Eksperimen awal Maria Montessori mengajarkanbahwa guru perlu mengajarkan dasar-dasar hidup. Misalnya melatihpanca indera dan sistem urat saraf.
Setelah berhasil mengajar anak cacat. Kesempatan menguji metode Maria Montessori untuk anaknormal datang ketika diminta menguji 60 anak di kawasan kumuh SanLorenzo, Roma. Anak-anak ini berusia 3-7 tahun. Berasal dari keluargamiskin. Sebagian orang tua mereka bahkan buta huruf. Karena danakurangia membuat sendiri furnitur dan perlengkapan mengajar.Usaha untuk menumbuh-kembangkan anak dilakukan MariaMontessori dengan mendirikan Casa Dei Bambini atau rumah anak. Disini, Maria Montessori menelaah respon terhadap metode mengajaranak prasekolah. Metode mengajar Maria Montessori mulai terkenaldan membuka jalan untuk membuat proyek serupa bagi MariaMontessori dan pengikutnya. Maria Montessori mendirikan sekolahuntuk anak normal dan anak orang kaya. Maria Montessori mengatakananak normal mempunyai kemampuan yang sama untuk melakukanaktifitas anak cacat. Maria Montessori telah menemukan metodemengajar yang tepat dan menyadari perlu adanya revolusi pendidikan.Untuk menyebarluaskan penemuannya, ia berkenan mengajar hingga keAmerika, Inggris, Australia, dan Asia. Tidak mengherankan jika MariaMontessori didominasikan 3 kali untuk menerima hadiah nobel dibidang perdamaian.Maria Montessori meninggal di Belanda tahun 1952, sebelumulang tahunnya yang ke-82. dia bekerja setiap hari untuk mengajarkansistem pendidikan ke seluruh dunia. Selain buku dan program pelatihan guru, banyak asosiasi dan sekolah di Eropa, Amerika, dan Asia yangmengabdikan nama Maria Montessori
a. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya.
b. Metode Maria Montessori terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
Setiap manusia terdiri atas 3 kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria Montessori dari 3 segi.
1. Kognitif
2. Afektif (emosi)
- Tidak boleh dipaksa
- Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri
- Anak harus merasa senang dalam belajar
SKEMA dan CERITA
Melalui alat yang digunakan tanpa dipaksa
1. Membuat anak melakukan sesuatu
2. Anak menjadi senang
cerita :
Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak diberi pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka pada ibu, sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.
3. Psikomotor
Cerita:
Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama temantemannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan, gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari permainan tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan sederhana tersebut
c. Tujuan Metode Maria Montessori
Tujuan penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode belajar yang baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan intelektual, kepribadian, dan dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini dikarenakan umur lima tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal. Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada anak mereka. Sebelum membina perlu menentukan seperangkat nilai yang mau ditanamkan.
1. Watak kepribadian macam apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan?
2. Sikap sosial macam apa yang hendak kita bangun?
3. Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak kita berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan usia?
Namun yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang tuanya sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari "potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa yang hendak kita gunakan secara positif.adapun tujuan dari metode Maria Montessori adalah:
1. Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka
2. Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor, dan afektif yang ada pada diri mereka.
3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas.
6. Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi.
7. Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
d. Alat Permainan Edukatif ciptaan Montessori
Montessori menciptakan alat permainan yang memudahkan anak untuk mengingat dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan sedemikian rupa agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan tersebut antara lain:
a. Alat timbangan
b. Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran
c. Tongkat-tongkat desimeter, meter
d. Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus
e. Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah
f. Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola
g. Bujur telur, limas, dan sebagainya
e. Landasan Teori
Maria Montessori merupakan seorang pendidik yang menggunakan metode pendidikan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas. Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada zaman dahulu. Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based Learning (pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based Education (belajar berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction (berakar pada kehidupan nyata).
Maria Montessori ini merupakan gabungan dari berbagai macam pembelajaran yang disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R, SQ3R. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugastugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning.
Pada metode ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator saja selebihnya menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih menekankan pada pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah, menganalisa dan mencari solusi masalah yang dikaji. Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi dengan disiplin ilmu lain.
Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang potensial. Belajar dengan kasus-kasus dapat mempengaruhi kognitif dan metakognitif peserta didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu, Faktor sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode ini mengajarkan agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaanpertanyaan.
Cara pembelajaran lainnya adalah Teori Scaffolding, dimana guru memberikan materi, lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta didik sudah mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah diberikan oleh guru. Kita seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi sebagai suatu hal yang nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui cara mengembangkan imajinasi tersebut.
Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif
Tahapan dalam perkembangan intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga masa dewasa awal.
Menurut Piaget, intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organism beradaptasi dengan lingkungan. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu. Piaget meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.
Piaget mendeskripsikan anak sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Piaget mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun), dan tahap
operasi formal (11 tahun keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan menunjukkan tingkat kualitas yang berbeda dari fungsi dan bentuk kognitif yang disebut tahap perkembangan Invarian, yaitu semua anak mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang persis sama tanpa melewati suatu tahap.
Menurut Piaget, urutan tahap-tahap intelektual adalah tetap, namun dia menemukan bahwa ada perbedaan individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap tertentu. Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh factor budaya dan pengaruh lingkungan.
Tahap perkembangan anak usia dini menurut Piaget hanya berada pada tahap Sensorimotor dan Praoperasional.
1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)
Tahap sensorimotor yaitu tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua tahun. Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya.
Pada dua tahun pertama, bayi berkembang dari makhluk yang berkembang dengan reflek dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Piaget membagi periode sensorimotor menjadi 6 sub tahap yang menggambarkan transisi bertahap dari organism yang menggunakan reflek menjadi organism yang bercermin pada diri sendiri.
2) Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah
Piaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu suatu periode dimana perilaku bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan obyek baru ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata. Pada tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan kognitif.
3) Perkembangan Imitasi (Peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak mampu meniru respon asli yang ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12 bulan. Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan kembali perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental simbolis, atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu. Tetapi, menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa kapasitas untuk penundaan peniruan yang memungkinkan bayi untuk menyusun, menyimpan, dan kemudian memunculkan kembali mental simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari yang telah dikemukakan Piaget.
4) Perkembangan Ketetapan Benda
Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak lagi dapat terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk memahami suatu benda, maka ia akan berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat diinderai.
Pada bayi usia 12-18 bulan, konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum lengkap, karena anak tidak dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan untuk memahami pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat. Selanjutnya pada usia ini bayi mampu secara mental menggambarkan pemindahan benda secara tak terlihat dan menggunakan kesimpulan mental untuk memandu pencariannya terhadap benda yang telah lama menghilang.
5) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada saat anak memasuki tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian. Symbol merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
Piaget mendeskripsikan bahwa intelejensi praoperasional berfokus pada keterbatasan anak dalam berpikir. Anak usia dini masih belum menguasai operasi kognitif yang memungkinkan mereka untuk berpikir logis.
Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis, yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili sesuatu yang lain. Pada periode ini terjadi pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada perenungan.
Teori perkembangan anak menurut Lavengeveld
Lavengeveld menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak meliputi:
1. 3½ -5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
2. 3 - 6 tahun
Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah
a. Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)
b. Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan sekolah)
c. Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dll).
d. Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.
e. Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan).
3. Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda kecil, dan bermain dengan teman sebaya
nilai anak menurut DAVID B ada ngak??
BalasHapussangat membantu ;)
BalasHapus